Selamat Datang di Blog Sederhana Ini FERRY PENCARI RAHMAT Dari Sekedar Iseng, Mari Belajar Menghargai, Belajar Bersyukur, Belajar Menjadi Lebih Baik

Wednesday, July 30, 2014

Ramadhan dan Akhlaq Politik

foto ilustrasi: net
Bertepatan dengan bulan Ramadhan 1435 Hijriah / 2014 Masehi tahun ini, Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia dilaksanakan. Di hari ke-11 berpuasa tanggal 9 Juli 2014, masyarakat di seluruh penjuru tanah air mengikuti pesta demokrasi, untuk memilih pemimpin bangsa yang bisa dipercaya dan yang terbaik untuk lima tahun ke depan.

Di tengah kesucian Ramadhan, 9 Juli lalu juga menjadi momen bagi masyarakat khususnya yang beragama Islam untuk bisa menyalurkan hak politiknya, yang diharapkan dapat seiring sejalan dengan makna ramadhan yang ingin diraihnya.

Kenapa demikian? Karena Ramadhan adalah bulan yang dipenuhi kebaikan di dalamnya. Para ulama telah banyak menyampaikan berbagai kelebihan bulan ini. Siapa yang mengamalkannya dengan sepenuh hati dan niat yang lurus tentunya akan merasakan manfaat yang besar dalam hidupnya.

Seperti halnya Ramadhan, politik sebetulnya juga diciptakan dalam sistem kehidupan manusia untuk tujuan baik. Ilmuan kenamaan Aristoteles menyebut, politik sebagai seni tertinggi untuk mewujudkan kebaikan bersama bagi sebuah negara. Menurutnya, ilmu politik dan semua cabang ilmu yang lain di bawah kendalinya, bertujuan untuk menciptakan kehidupan sosial yang nyaman dan yang baik.

Pengertian politik dalam fiqih Islam juga dijelaskan oleh ulama Hambali, yaitu sikap, perilaku dan kebijakan kemasyarakatan yang mendekatkan pada kemaslahatan umat, meskipun belum pernah ditentukan oleh Rasulullah SAW.

Hubungan politik dengan Islam pun digambarkan oleh Imam Al-Ghajali: “Agama dan kekuasaan (politik) adalah dua saudara kembar. Agama adalah pondasi (asas) dan kekuasaan adalah penjaganya. Segala sesuatu yang tidak berpondasi niscaya akan runtuh dan segala sesuatu yang tidak berpenjaga niscaya akan hilang dan lenyap”.

Oleh sebab itu dua kebaikan yang bertemu di tahun ini, yakni bulan Ramadhan yang penting dari sisi agama dan pelaksanaan Pilpres yang merupakan bagian dari aktivitas politik, sudah semestinya dapat menumbuhkan berbagai kebaikan lainnya.

Bulan Ramadhan, tidak hanya diharapkan dapat membentuk masyarakat yang benar-benar bertaqwa secara agama, tetapi juga dapat menginspirasi terciptanya akhlaq berpolitik yang baik. Karena stigma bahwa dunia politik itu kotor, korup, bahkan dosa, salah satunya juga dapat ditepis apabila masyarakat dan para politisi bisa benar-benar mengembangkan kesucian agama dalam kehidupan berpolitik.

Dan Ramadhan secara intensif, sesungguhnya telah melatih masyarakat muslim untuk mengamalkan nilai-nilai kebaikan, yang bisa ditauladani dalam kehidupan berpolitik. Nilai-nilai yang diperkenalkan Ramadhan sangat bervariasi, mulai dari kedisiplinan, kejujuran, keikhlasan, melatih sikap empati, sampai kepada pengenalan hak-hak pemimpin dan yang dipimpin.

Kedisiplinan dikenalkan lewat jadwal berbuka dan imsak, kapan boleh makan dan minum dan kapan tidak boleh; kapan waktu berangkat ke masjid, dan jam berapa harus bangun sahur. Kejujuran diasah lewat kesportifan orang untuk tidak melakukan hal-hal yang membatalkan puasa, meskipun tidak ada satu pun orang yang tahu dia melakukannya. Keikhlasan tumbuh dari praktek puasa yang tidak mungkin diketahui orang lain, kecuali kalau kita sendiri yang menceritakannya.

Ramadhan melatih kepedulian terhadap sesama, dengan amal ibadah memberi makan orang yang berpuasa, memperbanyak infaq, sedekah, dan zakat. Ramadhan juga mengajarkan kita bagaimana memilih pemimpin dalam shalat, kapan harus menaatinya, dan bagaimana menegurnya jika berbuat kesalahan.

Masyarakat dengan didikan Ramadhan, tidak mungkin tertarik untuk menjatuhkan pilihan politiknya pada pemimpin yang tidak seirama dengan keyakinan agamanya, atau hanya karena tampilan fisik calon pemimpin, pencitraan semu, atau karena teror money politics. Mengingat mereka telah terbiasa dengan sukarela tidak makan seharian selama sebulan tanpa dibayar dengan uang. Andaikan ada yang ingin membayar mereka agar membatalkan puasa, dengan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaannya, mereka pasti tidak akan menerimanya.

Ramadhan pun tidak hanya diwajibkan kepada masyarakat kecil, tetapi juga menyentuh kalangan pejabat. Ramadhan mengajarkan mereka untuk berhias dengan sifat jujur, cinta kebenaran, merasakan kedekatan dengan Sang Pencipta, memperkecil nafsu serakah terhadap dunia, hati-hati dengan godaan lawan jenis, siap menerima kritik, memberantas korupsi dan kebaikan lainnya.

Ramadhan yang mampu menyentuh kutub pemimpin di satu sisi dan masyarakat di sisi yang lain, akan melahirkan kualitas akhlak dan mental dari keduanya sekaligus. Pemimpin yang lulus dalam proses Ramadhan akan mampu menjadi pemimpin yang baik dan amanah. Sedangkan masyarakat yang telah digembleng Ramadhan akan menjadi pendukung bagi pemimpin yang baik dan amanah untuk menggapai berbagai kemajuan dan kesejahteraan sebagaimana yang diharapkan bersama-sama.

Dan Ramadhan yang mampu menyentuh kehidupan politik, tentu Insya Allah diharapkan pula dapat menjadikan dunia perpolitikan kita akan menjadi lebih baik, dengan landasan mental dan akhlaq yang selalu mampu mengutamakan kebaikan, kebenaran dan keadilan, diatas kepentingan pribadi, golongan atau kepentingan-kepentingan politik yang selama ini sering dinilai tidak sesuai dengan harapan dan kepentingan masyarakat. *** (Ferry)

No comments:

Post a Comment