Selamat Datang di Blog Sederhana Ini FERRY PENCARI RAHMAT Dari Sekedar Iseng, Mari Belajar Menghargai, Belajar Bersyukur, Belajar Menjadi Lebih Baik

Thursday, January 8, 2015

Menakar Konsistensi Pemimpin Inspiratif Sampai Ke Bantaeng

Dulu Kota Solo – Surakarta, Jawa Tengah punya pemimpin inspiratif, Joko Widodo atau Jokowi. Hingga dalam prosesnya, ekspose media telah membantunya menjadi besar. Namun sayangnya, belum usai masa tugasnya sebagai Walikota, Solo ia tinggalkan. Tergiur memimpin Jakarta. Kursi empuk DKI pun diraihnya. Tapi lagi-lagi tak lama. Entah karena ambisi atau karena dorongan partainya atau niat lainnya, kemudian ia pun mencalonkan dan kini berhasil menduduki kursi Pemimpin Negeri.

Ada sebagian orang mengatakan hal itu pantas diraihnya, tapi ada pula sebagian meragukan dan berpendapat berbeda. Hingga kapasitas dan inspirasi seorang Jokowi sebagai pemimpin, saat ini pun masih saja belum usai diperdebatkan.

Tapi biarlah ranah itu… Mungkin masing-masing orang punya penilaian berbeda-beda. Tapi yang jelas setelah dulu Jokowi, kini juga telah kembali muncul pemimpin-pemimpin inspiratif lainnya dari berbagai daerah di negeri ini.

Media lagi-lagi berperan. Banyak pemimpin yang tadinya prestasinya tak terjamah sorotan kamera, kini informasinya mulai menyebar, menghiasi layar kaca, dunia maya, hingga tulisan pena. Beberapa diantaranya, yakni:

1. Walikota Surabaya – Tri Rismaharini.

Gebrakan Walikota yang akrab disapa Bu Risma itu dalam memajukan Surabaya, Jawa Timur, telah diakui masyarakat dan banyak kalangan.

Amanah dan konsistensinya membangun Surabaya seperti tak terbeli, bahkan oleh jabatan menteri. Menurutnya, ia ingin menghormati ‘kontrak’ amanah yang diberikan masyarakat yang memilihnya sebagai Walikota Surabaya. “Kalau tak ambil (jabatan menteri), berapa bulan masyarakat tak bohongi,” katanya kepada media.

Maka tak heran, ketika ia pernah diguncang dan ditekan oleh tangan-tangan politik yang ingin menyetirnya, tanpa diminta begitu dekat dan cintanya warga Surabaya terhadap Walikotanya, mereka pun siap membela dan pasang badan “Save Risma“.

Kini dalam sentuhan tangan bu Risma, Surabaya pun menjadi lebih maju. Prestasinya juga bahkan sampai terdengar ke manca negara, hingga memasukkannya dalam jajaran nominasi Walikota Terbaik Dunia 2012 dan 2014.

2. Walikota Bandung – Ridwan Kamil

Bergeser ke Bandung, Jawa Barat, ada Walikota Ridwan Kamil. Kang Emil begitu sapaannya, telah dinilai berhasil oleh berbagai kalangan dalam negeri maupun luar negeri, dalam membawa Kota Kembang kembali bersolek.

Perubahan kemajuan Bandung saat ini, menjadikan warganya juga sangat respek dan mendukung kiprah Walikotanya, yang ingin mewujudkan, “Bandung Juara“.

“Kini bukan jamannya mengubah jaman sendirian. Kita perlu bersama-sama, kita perlu berkolaborasi. Kolaborasi itu ibarat kunci pintu rumah yang bernama masyarakat madani,“ kata Kang Emil.

Maka dengan berupaya selalu dekat dan menyerap aspirasi masyarakatnya, saat ini berbagai terobosan pembangunan yang kreatif dan inovatif digulirkan Ridwan Kamil di Bandung dengan melibatkan dukungan dan peran aktif masyarakat.

Bandung pun kini telah berbenah semakin cantik dan maju, oleh sentuhan sang Walikota yang ahli arsitektur itu.

Bersama Tri Rismaharini, dan Joko Widodo yang saat itu masih kepala daerah, Ridwan Kamil juga menjadi pemimpin daerah yang dinilai berprestasi dan masuk nominasi Walikota Terbaik Dunia 2014.

Kang emil dikenal adalah pemimpin yang kreatif dan inovatif. Sebelum menjadi Walikota, beragam karyanya yang mendunia pernah mendapat penghargaan seperti, Urban Ladership Award dari Universitas Pensylvania (Amerika Serikat), Winner International Young Design Entrepreneur of the Year dari British Counchil Indonesia, dua penghargaan dari Indonesia Green Award dengan kategori penghargaan penginspirasi bumi (Penggagas Indonesia Bekerbun) dan penghargaan penginspirasi bumi (Green Building Rasuna Epicentrum), dan penghargaan lain-lain dari berbagai instansi dalam maupun luar negeri.

Berhasil membawa perubahan positif di Bandung, tak lantas membuat Kang Emil jumawa, ketika ada peluang mendapat tawaran jabatan menteri.

"Saya ucapkan terima kasih. Filosofi saya, bekerja sepenuh hati dan cinta, itu mengasyikan. Jika ada yang mengapresiasi, itu mah bonus. Bukan nggak ingin jadi menteri. Tapi saya juga dilarang ibu saya, katanya tidak boleh pergi sebelum tugas selesai," katanya, yang memang dikenal sangat berbakti pada kedua orangtuanya.

"Yang saya lakukan ini baru 10 persen. Kalau Bandung bisa beres, kan bisa menginspirasi seluruh daerah di Indonesia untuk melakukan inovasi-inovasi. Mimpi saya untuk Bandung ini masih banyak, dan saya menikmati pekerjaan sebagai Wali Kota Bandung".

3. Bupati Bantaeng – Nurdin Abdullah
Pemimpin inspiratif lainnya, juga muncul dari Indonesia bagian Timur. Yaitu salah satunya dari sebuah daerah di Provinsi Sulawesi Selatan, Kabupaten Bantaeng. Sang Bupatinya, yakni Nurdin Abdullah, saat ini juga sedang naik daun di sejumlah media karena prestasi hasil kerjanya.

Pembahasan terkait sepak terjang Nurdin Abdullah ini lebih panjang. Karena memang cukup menarik, mengingat jika dibandingkan Bu Risma dan Kang Emil yang merupakan pemimpin di wilayah perkotaan yang terbilang sudah cukup memadai, tidak begitu dan sangat beda dengan Nurdin Abdullah, yang memulai tugasnya membangun Bantaeng boleh dikatakan dari titik nol. Sehingga menyimak perjuangannya, sangatlah menginspirasi terutama bagi para pemimpin daerah lain, yang seringkali seolah tidak mampu berbuat banyak, bahkan meski potensi daerahnya berlimpah.

Telusuri saja, dahulu mungkin nama Bantaeng belum begitu akrab terdengar, karena merupakan daerah yang belum banyak tersentuh pembangunan signifikan. Sedangkan Nurdin Abdullah sendiri, sebelumnya bahkan tidak berambisi jadi Bupati. Namun atas permintaan dan desakan masyarakat serta para tokoh setempat, akhirnya ia pun rela mengabdi menjadi Bupati. Kenapa dibilang “rela“, karena Bupati yang bergelar profesor ini, tadinya menjabat Presiden Direktur di 4 perusahaan PMA asal Jepang, yang konon gaji perbulannya sebagai Presiden Direktur, setara dengan gaji bupati selama 20 tahun (Mata Najwa, 12/03/2014).

Pada periode pertama 2008 - 2013, hasil kerja Nurdin Abdullah telah diakui dan dirasakan masyarakat. Hingga ketika ia sempat tidak mau maju lagi jadi Bupati pada periode kedua, uniknya masyarakatnya yang malah mendemonya, memintanya tetap bersedia memimpin Bantaeng. Di tengah banyaknya ambisi orang ingin menjadi kepala daerah, ini tentu sesuatu yang jarang terjadi. Alhasil, Nurdin Abdulah pun maju dan kembali terpilih jadi Bupati Bantaeng 2013-2018, dengan mengantongi lebih dari 70 % suara. Rekor suara tertinggi Pilkada langsung bupati/walikota di Sulawesi Selatan.

Awal memimpin Bantaeng, tak banyak yang mengekspose kerja Bupati Nurdin Abdullah menerapkan model blusukan, menyetir mobil sendiri berkeliling di daerahnya, mendengar langsung harapan dan aspirasi masyarakat. Ia merakyat, seolah tak ingin ada sekat birokrasi dengan rakyatnya. Sehingga, rumah pribadinya di Bonto Atu juga selalu terbuka untuk masyarakatnya, yang ingin berkeluh-kesah, bahkan uniknya sampai masalah pribadi atau kehidupan rumah tangganya.

“The New Bantaeng“ itulah yang ingin diwujudkannya, dengan menetapkan pendekatan tiga kluster penanganan dan pengembangan sesuai karakteristik dan potensi daerah yang tiga dimensi - pegunungan, dataran dan pantai untuk peningkatan kesejahteraan rakyat Bantaeng.

Pengembangan potensi dilakukan diiringi upaya besar-besaran membangun infrastruktur jalan. Dari titik nol di dataran rendah jaringan jalan kini sudah mencapai wilayah-wilayah pegunungan diketinggian 1.300 dpl dengan kondisi beraspal hotmix. Sejumlah fasilitas berkaitan dengan pengembangan infrastruktur industri, pariwisata, pelayanan kesehatan, dan pendidikan serta pelayanan dasar lainnya sudah dihadirkan. Hasilnya, angka kemiskinan yang melebihi 12 persen (1998) kini sudah berhasil ditekan kurang dari 7 persen. Angka pengangguran dari lebih 12 persen menjadi sekarang sisa sekitar 3 persen. Laju pertumbuhan ekonomi dari hanya 5 koma persen kini menjadi 8,9 persen di daerah yang berpenduduk sekitar 170 ribu jiwa tersebut.

Bantaeng yang dulunya merupakan salah satu kabupaten langganan banjir, saat ini juga telah berhasil diatasi oleh sang Bupati, dengan membangun cekdam/waduk seluas 5 ha. Cekdam ini menjadi pencegah banjir, sumber air baku PDAM Bantaeng dan sekaligus irigasi bagi petani Bantaeng.

Di bidang kesehatan, rumah sakit modern 8 lantai dibangun. Warga masyarakat Bantaeng paling dimanjakan di Indonesia untuk pelayanan kesehatan. Jika ada warga yang sakit cukup menelpon 113 atau 0413-22724 /0413-21408 maka ambulans Brigade Siaga Bencana (BSB) Bantaeng lengkap dengan dokter dan perawat akan segera ke rumah warga. Pelayanan ini stand by 24 Jam. Berkat mapannya pelayanan kesehatan di daerah berjuluk Butta Toa atau Tanah Tua ini, BSB Bantaeng masuk nominator United Nations Public Service Award, yang dibawahi PBB tahun 2014.

Profesional birokrasi juga dikedepankan Nurdin. Kinerja aparaturnya dibuat lebih melayani, sederhana dan merakyat. Seluruh kepala dinas dilarang tampil mewah. Mobil dinas yang dipakai hanya avansa, sementara Bupatinya sendiri menggunakan toyota Innova sebagai kendaraan dinas. Sedangkan untuk keperluan di luar dinas beliau menggunakan mobil pribadinya Crown tahun 2000.

Dalam hal penataan wilayah, Nurdin berhasil menyulap Bantaeng yang dulu terkenal dengan semak belukar menjadi kabupaten dengan "sejuta" tempat wisata indah. Cita-citanya menjadikan Bantaeng "Singapura" di Indonesia. Karena sebagian besar pusat pemerintahan dan fasilitas pelayanan publik di pindahkan di daerah pantai. Daerah-daerah sekitar pantai yang tadinya terlihat kumuh, sekarang telah menjelma menjadi obyek wisata yang cantik.

Semenjak jadi Bupati, Nurdin juga berhasil meningkatkan iklim investasi di Bantaeng. Ia juga bertekad mengembangkan industri-industri layanan dasar. Kini sudah ada 6 investor merencanakan membangun smelter atau pabrik pengolahan bijih nikel dan bijih besi di Bantaeng. Investasinya sekitar Rp 20 Triliun. Melalui MoU yang sudah ditandatangani dengan Badan Keuangan Amerika-Eropa akan ada guyuran dana investasi sekitar Rp 1 triliun untuk membangun dan mengembangkan Pelabuhan Laut di Kota Bantaeng. Ada rencana investasi Rp 29 Triliun untuk membangun kilang pengolahan minyak, bensin dan avtur di Bantaeng. Guna menopang pembangunan industri tersebut sudah siap dibangun pembangkit listrik berkekuatan 600 Mega Watt.

Dari berbagai kesempatan dialog, ada obsesi Nurdin Abdullah untuk menjadikan Bantaeng sebagai kota Water Front City yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru, industri dan tujuan wisata di wilayah selatan Sulawesi Selatan, yang semuanya diarahkan demi kesejahteraan masyarakat.

Lama tinggal di Jepang, banyak memberi inspirasi baginya. "Sedikit banyak saya ketularan dengan sikap hidup mereka. Orang Jepang itu gengsinya rendah dan malunya tinggi," kata Bupati bergelar doctor dari Kyushu University Jepang ini.

Gengsinya rendah dan malunya tinggi di Jepang, salah satunya tercermin dari budaya harakiri, yakni menebus rasa malu dan kegagalan dalam melakukan tugas, dengan bunuh diri..! Budaya ini sudah dianut Jepang sejak jaman dulu kala.
Jadi tidak mengherankan, jika kita mendengar ada seorang pejabat di Jepang yang mengundurkan diri, apabila melakukan kesalahan. (Bagaimana dengan di Indonesia?? Silahkan lihat dan nilai realitanya sendiri…)

Nurdin berulangkali mengatakan, bupati atau walikota tak berperestasi tak akan didengar oleh rakyatnya. ‘’Makanya, pemimpin rakyat itu sekarang dituntut untuk bekerja yang dapat dirasakan rakyat. Bukan lagi masanya menonjolkan performance atau cassing yang indah, karena rakyat sekarang sudah cerdas hanya akan mendukung langkah kerja yang memberi hasil nyata,’’ katanya.

Dan satu lagi, pemimpin harus konsisten dalam menjalankan amanah. Sehingga kepercayaan masyarakat atas jabatannya tidak mudah dibeli dengan uang, kemewahan atau jabatan yang lebih tinggi.

Itulah yang juga ditunjukkan Nurdin Abdullah. Dari mulai demi masyarakatnya, ia rela melepaskan kemewahan gaji swasta Jepang yang setara 20 tahun gaji Bupati yang kini diembannya, lalu kemudian juga menolak ketika ditawari jabatan menteri.

“Saya tidak mau meninggalkan jabatan saya (Bupati) sebelum selesai, karena bisa menjadi preseden buruk bagi saya,” kata Nurdin (Tempo, 21/10/2014).

Ya… Indonesia memang kaya dengan pemimpin inspiratif. Dulu dari Jokowi, lalu kemudian muncul Tri Rismaharini, Ridwan Kamil, Nurdin Abdulah, dan mungkin juga masih banyak yang lainnya.

Lantas, pemimpin inspiratif yang mana idola anda?

Semua saya serahkan atas penilaian dan pendapat masing-masing… Yang jelas, yang masih bisa kita jadikan inspirasi, mari kita jadikan inspirasi. Ambil sisi positifnya dan jadikan sisi negatifnya sebagai pelajaran untuk diperbaiki. Agar inspirasi dan motivasinya tetap bisa terus melahirkan pemimpin-pemimpin yang lebih baik lagi. Yang mungkin bisa jadi, andalah orangnya…!

Karena, "Ketahuilah! Setiap dari kamu adalah pemimpin, dan setiap kamu akan diminta pertanggung-jawaban atas kepemimpinan-mu," Hadist Rasulullah Muhammad SAW.***
(Ferry Rahmadi)

No comments:

Post a Comment