BBM Bangkitlah !
Kisrun menghampiri
Toyib dengan wajah bersungut-sungut. Tubuhnya kelihatan letih, butiran keringat
masih tampak membasahi wajahnya.
“Kesal benar hari
ini” kata Kisrun sembari mengusap peluh dengan saputangannya.
“Kanapa Srun, kok ngedumel.
Semangat dong semangat. Baru aja kemarin memperingati Hari Kebangkitan Nasional
kok sekarang udah loyo lagi..hehe” canda
Toyib.
“Habis dorong motor Yib,
kehabisan bensin. Gimana gak tambah kesal, udah capek dorong motor ke POM, eh malah gak ada bensin. Huhh..” Kisrun
masih tampak kesal.
“Sabar-sabar.
Mungkin POM-nya lagi telat BBM” Toyib coba menenangkan sahabatnya.
“Telat kok hobby.
Telat sesekali wajar, lha ini seringkali.
POM-POM sering kehabisan BBM. Kalaupun ada, antrinya luar biasa. Bikin mumet aja Yib.”
“Kan pedagang
eceran ada” sahut Toyib.
“Nah justru itu anehnya.
Kalau POM habis, pedagang eceran BBM kayak jamur di musim hujan. Giliran POM
ada BBM, mereka tiarap. BBM-nya disayang-sayang, dijual nanti kalau kondisi
langka”
“Itu naluri bisnis,
Srun. Memanfaatkan situasi untuk mencari keuntungan. Hehehe..” Toyib
berseloroh.
“Bisnis sih bisnis,
tapi yang wajar dong. Jangan memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. BBM di
tingkat pengecer selisihnya bisa Rp. 1.500,- s.d Rp. 2.500,- dari harga normal.
Makin langka lebih mahal lagi. Gimana masyarakat tidak menjerit” Kisrun
berargument.
“Iya memang. Kalau
begini, orang mungkin banyak berpikir, lebih baik waktu lalu pemerintah jadi menaikkan
harga BBM, asal stoknya lancar dan tertib” kata Toyib.
“Betul itu Yib aku
setuju. Toh, harga kenaikan BBM yang
ditetapkan pemerintah malah tidak lebih mahal dari harga BBM eceran. Tapi juga
tak lantas seperti itu”.
“Maksudmu?” tanya
Toyib.
“Bisa saja harga BBM
tetap normal, tidak naik asal semua pihak bijaksana dalam pemanfaatannya.
Kebijakan distribusi BBM perlu diperbaiki. Harus lebih jujur, adil dan merata.
Pengawasan harus diperketat. Oknum-oknum penimbun dan penyalahguna BBM harus
ditindak tegas”.
“Betul juga” Toyib
manggut-manggut.
“Peran aktif masyarakat
pun diperlukan. Harus bijak dan hemat BBM. Karena kalau tidak, dengan jumlah kendaraan yang meningkat setiap tahun, tentu
konsumsi BBM juga meningkat. Sementara BBM adalah bahan bakar fosil yang tak terbarukan, stoknya tentu
mulai berkurang”.
“Energi
alternatif untuk mengimbangi kebutuhan BBM. Pernah menyimak penjelasan para
pakar, tapi kenapa kok tidak segera diterapkan ya Srun?”
“Itu
masalahnya Yib. Sampai saat ini gaung energi alternatif itu tak kunjung jelas.
Beberapa ujicoba sepertinya masih sebatas ujicoba. Entah kapan hasilnya
benar-benar bisa dimanfaatkan secara luas”.
“Wah, jangan
pesimis dululah, Srun. Lebih baik kita selalu berpikir positif, menghargai
kerja pemerintah dan para ahlinya. Katamu tadi kita harus bijak”
“Iya sih Yib.
Mudah-mudahan saja semangat Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei lalu, juga dapat
menginspirasi bangkitnya berbagai solusi untuk mengatasi semua masalah yang ada
di negeri ini, termasuk masalah BBM”
“Amin. Semoga,
Srun”. ***
No comments:
Post a Comment