Selamat Datang di Blog Sederhana Ini FERRY PENCARI RAHMAT Dari Sekedar Iseng, Mari Belajar Menghargai, Belajar Bersyukur, Belajar Menjadi Lebih Baik

Wednesday, August 10, 2011

Nazarudin Tertangkap, Yang Bernazar Siap-siap

Foto: detikNews
Muhammad Nazaruddin mantan Bendahara Umum Partai Demokrat, buronan paling dicari dan paling banyak dibicarakan di Indonesia akhirnya tertangkap di Kolombia.
Sebelum ditangkap banyak masyarakat yang menunjukkan kecurigaan bahwa pemerintahan bakal tidak serius untuk menangkapnya. Sebagian masyarakat tidak pernah percaya bahwa Nazaruddin akan tertangkap.
Bahkan atas ketidakpercayaan itu ada beberapa tokoh yang sempat bernazar di depan publik. Sebut saja diantaranya adalah pengamat yang sering lantang mengkritisi pemerintah, Fadjroel Rachman, yang bernazar akan menggunduli rambutnya bila Nazarudin tertangkap. Selain Fadjroel, mantan Ketua MPR RI Amien Rais juga sempat mengatakan nazarnya jika Nazarudin tertangkap, dirinya akan berjalan kaki dari Bundaran Hotel Indonesia (HI) ke Kantor PP Muhammadiyah, Jakarta.
Namun kini, patut disyukuri akhirnya Nazarudin benar-benar tertangkap. Seiring penangkapan dan proses hukum Nazarudin selanjutnya, tentu diharapkan hal ini dapat mengungkap kebenaran yang ada, dan Nazarudin sendiri dapat membuktikan nyanyiannya yang menghebohkan belakangan ini. Disisi lain, penangkapan Nazarudin setidaknya dapat dipandang bijak sebagai upaya pemerintah dan lembaga hukum terkait untuk menunjukkan komitmennya dan berupaya melenyapkan kecurigaan yang selama ini ditudingkan terkait kasus Nazarudin.
Nazarudin tertangkap dan akan kembali ke Indonesia. Kelanjutan kisah Nazarudin biarlah proses hukum yang mengadilinya. Dan biarkan pula di alam demoraksi ini, para politikus, tokoh dan pakar bicara dengan penilaian dan argumennya. Dalam tulisan ini saya tidak ingin mengupasnya. Dari kasus Nazarudin, yang ingin saya angkat disini adalah pembelajaran tentang kehati-hatian kita dalam menyakini segala sesuatu yang kita anggap hal itu tidak akan terjadi, tetapi nyatanya terjadi. Selain itu, jangan pula mudah berpikir negatif, mudah mencurigai dan berburuk sangka.
Bukan bermaksud memberikan penilaian terhadap Fadjroel Rachman apalagi seorang tokoh bangsa seperti Amien Rais. Namun dengan tertangkapnya Nazarudin, cerita menggelitiknya adalah tentu saat ini Fadjroel Rachman dan Amien Rais tengah bersiap-siap menyambut kedatangan Nazarudin dengan cara membayar nazar masing-masing. Terlebih keduanya adalah tokoh, sehingga ucapan nazar mereka, sangat ditunggu pembuktiannya oleh publik, yakni Fadjroel Rachman akan menggunduli rambutnya, dan Amien Rais berjalan kaki dari Bundaran HI ke Kantor PP Muhammadiyah.
Terlepas dari pembuktian nazar dari Fadjroel Rachman dan Amien Rais nantinya, pada hakekatnya ada hikmah dan pelajaran yang dapat diambil disini. Ada ungkapan yang mengatakan, tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Selain itu, dalam agama diajarkan bahwa manusia boleh berusaha dan berencana, tetapi hasilnya kita tidak boleh mendahului kehendak-Nya, karena Tuhanlah yang menentukan segalanya.
Dari sudut kebahasaan, arti nazar adalah “janji untuk berbuat suatu perbuatan”. Para ulama fiqih menjelaskan nazar adalah mengerjakan suatu perbuatan baik yang awalnya tidak wajib (hanya mubah), karena dinazarkan maka amalan yang semulanya merupakan amalan mubah (tidak wajib) menjadi amalan wajib yang harus ditunaikan.
Dalam ajaran agama Islam, kewajiban menunaikan nazar itu merupakan salah satu bentuk ketaatan kepada Allah SWT. Bahkan para ulama menyatakan bahwasanya nazar merupakan “janji kepada Allah” dan tergolong sebagai salah satu bentuk sumpah. Ketika hamba yang telah berikrar (berjanji/bernazar), tidak memenuhinya, maka orang-orang tersebut tergolong membelakangi kebenaran dan munafik yang akan mendapat azab yang pedih.
Jadi, berhati-hatilah dalam mengungkapkan keinginan untuk bernazar. Janganlah gampang bernazar apalagi di depan umum yang didengar dan disaksikan orang banyak. Karena nazar menerbitkan kewajiban untuk menunaikannya. Apalagi apabila tidak ditunaikan, nazar memiliki akibat yang tidak hanya akan dirasakan di dunia tetapi juga di akherat.***

(Ferry Rahmadi)

No comments:

Post a Comment